Ngomongin Bauhaus Desain

Pernah liat pola design seperti gambar di samping ?

Saya yakin kalian pernah menemui desain-desain seperti ini namun ngga’ ngeh kalau desain ini ternyata punya nama dan sejarah, namanya adalah Bauhaus desain. nah kali ini kita akan ngomoning tentang Bauhaus Desain.

Kalau kamu pernah melihat kursi tanpa busa, bangunan kotak tanpa ornamen, atau poster dengan huruf kapital semua dan warna primer norak—selamat! Kamu sudah pernah terkena dampak Bauhaus. Tapi jangan panik. Efek sampingnya hanya meliputi rasa kagum yang bercampur dengan kebingungan, serta keinginan mendadak untuk mendesain interior dengan warna -warna primer seperti merah, kuning, dan biru yang merupakan salah satu ciri khas dari Bauhaus desain.

Bauhaus bukan nama bangunan. Bukan juga nama merk parfum mahal dari Jerman. Bauhaus adalah nama sekolah desain yang didirikan di Weimar, Jerman, tahun 1919 oleh Walter Gropius. Kalau kamu berpikir, “Weimar? Di mana tuh?” Yah, bayangin Jerman yang masih galau pasca-Perang Dunia I, lalu tiba-tiba muncul satu sekolah yang bilang: “Mari kita gabungkan seni dan industri!”

Sekolah tersebut hanya bertahan selama 14 tahun (1919-1933) sebelum ditutup oleh rezim Nazi (ya, benar-benar desain yang dianggap terlalu revolusioner untuk rezim totaliter)

 

Prinsip Bauhaus: Kalau Bisa Simpel, Kenapa Ribet?

Bauhaus punya filosofi utama: form follows function. Artinya, bentuk mengikuti fungsi. Jadi jangan heran kalau kamu lihat teko teh berbentuk silinder dengan gagang segitiga yang tampak seperti alat uji laboratorium. Itu bukan karena desainernya marah-marah pas menggambar. Itu karena mereka percaya bahwa kalau sebuah benda bisa berfungsi dengan baik, maka bentuknya nggak perlu berlebihan.

Prinsip lainnya? Di Bauhaus, membuat kursi dianggap setara dengan melukis Mona Lisa. Jadi kalau kamu biasanya bikin rak buku dari kayu bekas, eh… siapa tahu kamu sebenarnya sedang bikin mahakarya yang pantas dipajang di museum Bauhaus di Berlin.

Arsitektur Bauhaus: Rumah yang Minimalis Tapi Mahal

Rumah-rumah bergaya Bauhaus biasanya kotak, putih, dan simetris. Mirip roti tawar yang belum dipotong, tapi bisa dihuni. Jendela besar, garis-garis lurus, dan nol ornamen. Coba cari rumah begitu di Instagram hari ini, dan kamu akan lihat caption seperti: “Less is more.” Itu Bauhaus banget.

Yang lucu, dulu rumah-rumah ini dirancang untuk efisiensi dan keterjangkauan. Tapi sekarang? Harga rumah gaya Bauhaus bisa bikin kamu menjual ginjal—dan itu pun belum cukup buat bayar DP.

Jadi intinya: gaya hidup minimalis kadang butuh rekening yang maksimalis.

 

Bauhaus di Kehidupan Modern: IKEA, Apple, dan Poster Indie

Walaupun sekolah Bauhaus sudah tutup namun pengaruhnya tetap menyebar ke seluruh dunia. Termasuk ke perabot rumahmu dan ponsel di tanganmu sekarang.

IKEA, misalnya. Desain flat-pack yang simpel dan fungsional? 100% anak ideologis Bauhaus.

Apple juga termasuk pewaris Bauhaus. Lihat aja desain iPhone. Polos, putih, mengkilap, dan tanpa tombol berlebihan. Sangat “form follows function.”

Dan jangan lupakan para seniman indie masa kini yang bikin poster film dengan font Helvetica dan warna primer saja. Kadang terlalu abstrak sampai kita nggak yakin itu iklan film atau seminar manajemen emosi.

Jangan Takut Sama Desain

Desain Bauhaus mengajarkan kita bahwa keindahan itu tidak selalu harus rumit. Bahwa meja dengan permukaan datar bisa lebih bermakna daripada lukisan minyak seharga miliaran. Bahwa tidak apa-apa jika rumahmu kotak, selama ia punya fungsi. Dan bahwa kamu bisa jadi seniman hanya dengan memikirkan ulang cara bikin rak sepatu.

Jadi lain kali jika kamu melihat benda yang sangat simpel—entah itu kursi logam, lampu meja aneh, atau font sans-serif dengan spasi rapat—jangan langsung bilang “Ih, apaan nih?” Tapi bilanglah, “Ah, ini pasti Bauhaus.